Rekonsiliasi nasional yang diindikasikan masuknya "rival" politik dalam terminologi Demokrasi Liberal adalah sebuah anomali. Demokrasi Liberal berasal dari filsafat liberal dengan asumsi dasar kuantitatif.
Dalam filsafat Liberalis (atau Liberalisme) setiap individu berhak diberi kesempatan mengembangkan individualitasnya baik untuk mengembangkan kompetensi dan mengejar kebahagiaan hidup sesuai "kemampuan" yang ada pada dirinya. Kalau ia "mampu" maka itu akan tercapai, tetapi kalau "tidak mampu" ya "sorry to say" anda harus pergi dari sini.
Dalam Liberalisme pula, maka yang "banyak" harus mengatur yang "tidak banyak." Mereka yang "banyak" kekuatannya berhak untuk mengatur yang "sedikit" kekuatannya. Mereka yang dipilih oleh pemilih "terbanyak" harus menjadi pemimpin, sementara yang pemilihnya "tidak banyak" jadilah orang "luar" dengan tugas mengkritik. Dalam Liberalisme pula, boleh saja seseorang dibantu, tetapi apabila ia tidak kunjung "bangkit" maka biarkan saja, karena itu merupakan pilihan dia untuk "tidak bangkit."
Baikkah Liberalisme? Untuk negara-negara dengan habbit individualis tentu saja baik. Mereka terbiasa menunjukkan kemampuan apapun yang mereka punya untuk bertahan hidup. Negara tempat Robert A. Dahl menjadikannya ideal typhus, sebagai rujukan utamanya bahwa Demokrasi Liberal ada sistem pemerintah paling "realistis" bangsanya cocok dengan hal tersebut. Amerika Serikat yang awalnya adalah para kolonial perampas sumber daya Suku Indian sangat terbiasa menunjukkan kemampuan bahwa "saya punya kemampuan menaklukan Anda" dan sebab itu "sayalah kini pemilik Amerika Serikat."
Artikel saya ini ada dalam konteks politik. Pertanyaannya adalah, dengan Liberalisme dan Demokrasi Liberal, apakah para pemenang itu adalah rakyatnya yang telah "dengan cerdas" memilihnya yang kemudian menjalankan pemerintahan secara "open" dan transparan? Jean Jacques Rousseau menjawabnya: Tidak! Lho, mengapa orang Perancis ini menjawab demikian?
Bagi Rousseau, segera setelah pemungutan suara selesai, rakyat yang "cerdas-cerdas" tersebut kembali ke aktivitasnya (dagang jagung bakar, siomay, atau batagor) sementara negara dijalankan oleh orang-orang yang mereka pilih dan menang itu. Bagi Rousseau pasti akan terjadi distorsi antara kepentingan konstituen yang memiliki dengan pejabat yang terpilih. Para pejabat terpilih akan membangun blok khusus tempat mereka memutuskan dan menjalankan keputusan negara dengan keterlibatan konstituen sangat minimal.
0 Komentar
Anonim pun dapat berkomentar. Namun, tentu saja dengan akun pun sangat dipersilakan. Jika sudah klik Publikasikan. Juga pemirsa boleh bersoal/sharing tanggapan. Komentar pemirsa tentu tidak berisi kata atau link yang merujuk pada p*rn*grafi, jud*, *ogel, kekerasan, atau sejenisnya. Terima kasih.