Almond memaksudkan artikulasi kepentingan sebagai penyuaraan tuntutan politik kepada para pembuat keputusan. [1] Artikulasi kepentingan adalah langkah pertama dalam proses konversi atas input suatu sistem politik yang terjadi dalam batas-batas sistem politik.
Almond selanjutnya mengidentifikasi bahwa struktur yang menjalankan fungsi artikulasi kepentingan ini adalah kelompok kepentingan. Bagi Almond and Coleman, warganegara dengan kepentingan yang serupa akan membentuk kelompok kepentingan. Misalnya, kelompok kepentingan di bidang lingkungan umumnya menghendaki disusunnya legislasi yang mengatur emisi gas rumah kaca. Kelompok kepentingan guru (pengajar) menghendaki dikeluarkannya peraturan pemerintah yang mengatur upah minimum guru swasta.
Artikulasi kepentingan kemudian diagregasi (dikelompokkan) oleh lembaga lain: Partai politik. Almond kemudian menyebutkan bahwa kelompok kepentingan dalam diklasifikasikan menjadi empat jenis yang terdiri atas kelompok-kelompok yang bersifat:
(1) Institutional;
(2) Non-Associational;
(3) Anomic; dan
(4) Associational.
Institutional interest groups adalah kelompok kepentingan yang terlembaga, memiliki kepentingan spesifik, yang berkisar pada klik-klik atau faksi-faksi yang terbentuk di dalam legislatif, tentara, birokrasi, kelembagaan agama, dan sejenisnya. Institutional interest groups memiliki power yang cukup besar mengingat basis pembentukan mereka yang secara organisatoris legal dan merupakan struktur penyokong suatu sistem politik. Fungsi input suatu sistem politik pada esensinya terbangun atas aneka institutional interest groups ini.
Kelompok Kepentingan saat Menjadi Anomi
Sumber Foto: https://www.clearias.com/pressure-groups-formal-informal-associations/
Nonassociational interest groups adalah kelompok kepentingan yang paling cair karena hanya berupa pengelompokan rentetan individu yang tidak secara tegas diasosiasikan dengan satu entitas organisasi yang sifatnya permanen.
Namun, rentetan individu tersebut saling berbagi identitas dan sekonyong-konyong bersifat politis dalam suatu isu. Organisasi yang kurang tertata mungkin saja muncul untuk mengelola kelompok kepentingan ini, tetapi sifatnya relatif informal dan temporer.
Ketika isu sudah hilang greget-nya, organisasi tersebut berangsur-angsur menghilang. Identitas dalam kelompok ini dapat terbangun lewat garis etnis, kedaerahan, status sosial, agama, dan kelas. Almond menyatakan bahwa dalam mengartikulasikan kepentingannya, kelompok non-asosiasional ini cenderung tidak regular (intermittently) dan bahkan mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah satu kelompok khusus sementara pihak-pihak di luar mereka justru memandang sebaliknya. Jika institutional interest groups berasal dari dalam sistem politik, nonassociational interest groups ini berasal dari lingkungan intrasocietal sistem politik.
Anomic interest groups adalah kelompok kepentingan yang terbentuk secara spontan dan bertipikal pendobrak kemapanan sistem politik. Almond menulis bahwa kendati anomic interest groups hanya berupaya mengartikulasikan kepentingan, tetapi gerakan yang mereka buat kerap berakhir dengan adanya rekrutmen (transfer power dari satu kelompok kepada kelompok lain), pembuatan peraturan (perubahan konstitusi, baik dalam hal pembuatan baru, revisi, ataupun amandemen), ataupun aplikasi kebijakan negara (pembebasan tawanan, pembatalan keputusan suatu birokrasi negara). [2] Penjelasan Almond mengenai anomic interest groups ini kemudian dikritik oleh Francis Geoffrey Castles. [3]
Associational interest groups adalah lembaga-lembaga formal yang terbentuk karena kepentingan khususnya dan terletak di luar sistem politik. Contoh dari associational interest group ini adalah serikat buruh, organisasi pengusaha (industri), denominasi agama, kelompok-kelompok sipil, yang umumnya didirikan untuk mewakili kepentingan suatu kelompok dalam masyarakat dan mengekspresikannya secara tegas kepada sistem politik. Associational interest groups menghubungkan kepentingan kelompoknya langsung kepada struktur-struktur politik, partai-partai politik, anggota legislatif, dan birokrasi.
Keempat tipologi kelompok kepentingan Almond dikritik karena kategorisasinya sulit ketika hendak diterapkan di lapangan penelitian. Salah satu kritik atas Almond diajukan oleh Francis Geoffrey Castles. Kategorisasi Almond atas empat jenis kelompok kepentingan harus dinyatakan sebagai ideal typhus atau tipe ideal dalam pengertian Weber dan Castles menyebutnya sebagai normatively integrated interest group (kelompok kepentingan yang secara normatif terintegrasi). [4]
Disebut normatif karena kelompok kepentingan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Almond sendiri dan Castles mengungkap bahwa dengan demikian sesungguhnya hanya ada tiga tipe kelompok kepentingan yang berbentuk tetap yaitu:
(1) Associational interest groups;
(2) Institutional interest groups; dan
(3) Non-associational interest groups.
Ketiga kelompok kepentingan ini dapat menjadi (4) Anomic interest groups ketika mereka melakukan collective action. Jadi bagi Castles anomic interest groups adalah bentuk kelompok yang tidak tetap karena akan dibentuk sesaat saja ketika ketiga kelompok kepentingan tersebut melakukan tindakan kolektif. Pasca tindakan kolektif usai, mereka kembali ke salah satu di antara ketiga bentuk awal tersebut.
Castles mencontohkan, kalangan perwira muda militer (dari institutional interest groups) yang melakukan kup atas kekuasaan para perwira senior berubah bentuk dari insitutional interest groups menjadi anomic interest groups. Setelah kudeta selesai dilakukan kelompok ini segera kembali menjadi institutional interest groups.
Kudeta adalah bentuk dari collective action yang sifatnya temporer. Demikian pula mahasiswa yang melakukan boikot perkuliahan atas terbitnya peraturan kenaikan uang kuliah. Mahasiswa yang melakukan boikot berubah dari non-associational interest groups menjadi anomic interest groups dan setelah usai collective action-nya (boikot perkuliahan) kembali menjadi non-associational interest groups.
Castles memandang ketiga kelompok memiliki potensi menjadi anomic interest groups seiring munculnya gangguan atas kepentingan mereka masing-masing. Untuk mempermudah penjelasannya, Castles membuat taksonomi berikut: [5]
Model Castles yang merevisi Almond ini cukup mudah diterapkan dalam analisis lapangan. Modelnya memberi kesempatan bagi setiap kelompok kepentingan untuk melakukan collective action dan segera kembali ke jatidirinya masing-masing. Tipologi Almond tetap akan digunakan oleh buku ini dengan catatan sejumlah revisi dari Castles pun akan tetap diterapkan.
Catatan Kaki:
[1] Penjelasan atas Almond seperti terdapat dalam Vidya Bhushan, Comparative Politics (New Delhi: Atlantic, 2006) p. 35-6.
[2] ibid., p. 36.
[3] Akan dijelaskan dalam paparan-paparan selanjutnya.
[4] F.G. Castles, On Almond’s Theory of Group Types, (Politics, 1970, 5:2), pp. 220-223. Sejak tahun 1990 jurnal ini berganti nama menjadi Australian Journal of Political Science.
[5] ibid.
0 Komentar
Anonim pun dapat berkomentar. Namun, tentu saja dengan akun pun sangat dipersilakan. Jika sudah klik Publikasikan. Juga pemirsa boleh bersoal/sharing tanggapan. Komentar pemirsa tentu tidak berisi kata atau link yang merujuk pada p*rn*grafi, jud*, *ogel, kekerasan, atau sejenisnya. Terima kasih.