Ad Code

Wilayah Palestina sebelum 1948

Secara singkat, momentum politik signifikan berdirinya negara Israel adalah Deklarasi Balfour 1917 (tahun yang sama dengan terjadinya Revolusi Bolshevik di Rusia). Chomsky menulis bahwa Lord Arthur Balfour, perdana menteri Inggris  “ … committed Britain to ‘facilitate’ the ‘establishment in Palestine of a national home for the Jewish people’ on the condition that ‘nothing shall be done which may prejudice the civil and religious rights of the existing non-Jewish communities in Palestine.”[1] (artikel bagian 4)

Namun, deklarasi ini dua tahun kemudian segera menyimpang dengan disiarkannya sikap emapt negara pemenang perang di mana “the four great powers are committed to Zionism and Zionism, be it right or wrong, good or bad, is rooted in age-long tradition, in present needs, in future hopes, of far profounder import than the desires and prejudices of the 700,000 Arab who now inhabit that ancient land.” [2] Pernyataan politik ini menandai dimulainya dukungan penuh keempat negara pemenang Perang Dunia I atas migrasi Yahudi ke Palestina, dan mereka ini lebih berhak atas tanah Palestina daripada 700 ribu orang Arab-Palestina yang diam di sana. 

Pertikaian terjadi bulan September 1928 dipicu sengketa Tembok Ratapan Barat yang sesungguhnya merupakan properti waqaf kaum Muslim. Pertikaian ini mendorong terjadinya kerusuhan bulan Agustus 1929 yang mengakibatkan meninggalnya 133 orang Yahudi dan 116 orang Palestina. [3]  

‘Pasukan perusak’ Yahudi bukan berasal dari dalam Palestina melainkan impor yaitu para Yahudi Azkhenazi, khususnya Yahudi Rusia yang dipimpin Vladimir Jabotinsky. Jabotinsky, dengan organisasinya Betar, organisasi fasis Yahudi muda, yang datang dari Rusia (banyak dari mereka ikut serta dalam revolusi komunis Lenin) ambil bagian dalam melakukan aksi provokasi baik terhadap kaum Arab-Palestina maupun polisi keamanan Inggris. Bahkan ia memfasilitasi pengeboman atas barak polisi Inggris dan mengarahkan penyalahan pada kaum Arab-Palestina. Tentu saja, pihak Arab-Palestina tidak tinggal diam tanah mereka akan tergusur oleh orang ‘asing’ dan merekapun melakukan perlawanan.

Dukungan dari empat negara pemenang perang membuat Yahudi ‘impor’ ini semakin merajalela. Chomsky menulis, kendati ia (Chomsky) meragukan motivasinya, bahwa sempat Presiden Woodrow Wilson membentuk Komisi King-Crane yang merekomendasikan pembatasan imigran Yahudi dan pengabaian tujuan negara Yahudi. [4] 

Namun, upaya-upaya ‘damai’ pihak ketiga, dalam hal ini Amerika Serikat, tidak menyurutkan langkah Zionis. Tahun 1936 – 1939, kaum Arab-Palestina melakukan revolusi nasional. [5] Dalam menghadapi ini, David Ben-Gurion, seorang realis, dicatat oleh Chomsky mengatakan “ … in our political argument abroad, we minimize Arab opposition to us … let us not ignore the truth among ourselves … politically we are the aggressors and they defend themselves …. The country is theirs, because they inhabit it, whereas we want to come here and settle down, and in their view we want to take away from them their country, while we still outside.” [6] 

Tahun 1937 pernah dibentuk Komisi Peel, sebuah komisi yang dibentuk oleh Pemerintah Inggris untuk melakukan studi atas situasi Palestina yang diketuai Lord Robert Peel. [7] Kesimpulan komisi tersebut adalah, untuk menghentikan konflik di Palestina, Inggris perlu mengakhiri mandatnya dan segera membagi Palestina. Rekomendasi komisi adalah membagi Palestina menjadi tiga: Wilayah Yahudi, wilayah mandat Inggris (yang kecil di Yerusalem), dan sebagian besar untuk Negara Palestina. 

Komisi pun merekomendasikan pembatasan imigrasi Yahudi masuk ke Palestina menjadi hanya 12 ribu orang untuk 5 tahun. Komite Tinggi Arab keberatan atas rekomendasi tersebut dan menolaknya. Gerakan Zionis tidak terima akibat kecilnya wilayah yang mereka terima. Pertikaian pun terus berlangsung tanpa henti. 

Untuk lebih jelas mengenai pembagian tiga wilayah tersebut, berikut adalah peta yang disusun oleh Komisi Peel: [8] 




Pada peta dapat dilihat, kendati ditolak oleh Komite Tinggi Arab, wilayah Arab-Palestina cukup dominan. Namun, tetap saja pembagian ini bukan sesuatu yang adil karena status quo Palestina adalah wilayah Turki Utsmani sebagai entitas politik aktual. Secara etika, Inggris seharusnya mengembalikannya ke bangsa Palestina setelah Turki Utsmani kalah perang untuk menentukan nasib sendiri. 

Palestina pasca lepas dari kekuasaan Turki sesungguhnya adalah komunitas politik yang memiliki wilayah, pemerintahan, dan penduduk yang selama ini tunduk sebagai bagian dari Kesultanan Utsmani. Inggris dan dunia internasional tinggal mengakui eksistensinya, seperti dilakukan negara sekutu lain atas Mesir, Iraq, Suriah, Aljazair, Maroko, ataupun Lebanon. Namun, PBB yang sangat mungkin atas pengaruh lobi AS, sudah merencanakan partisi atas Palestina tahun 1947. [9]

Apabila diperhatikan, dalam kurun 1 tahun (dari 1947 ke 1948) terjadi pembalikan rencana awal. Solusi dua negara versi PBB menjadi gagal total setelah Haganah (serta pasukan teroris Irgun-LEHI) beroperasi. Negara Israel secara ‘ajaib’ langsung mendominasi peta Palestina. Wilayah Palestina pun terpaksa dikontrol oleh Yordania dan Mesir karena bangsa Palestina tidak memiliki persenjataan yang mencukupi untuk mempertahankan wilayah. Peta di bawah ini memperlihatkan ‘pembalikan’ tersebut. [10]




Rencana Partisi PBB sudah terlihat akan memecah wilayah Palestina menjadi 3 bagian terpisah: Wilayah Utara (Acre), Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Pemecahan wilayah ini lantas makin parah pasca perang Arab-Israel 1948, di mana wilayah Utara Palestina ‘lenyap’, Gaza mengecil drastis, dan Tepi Barat mengecil. 

Lalu, ke mana bangsa Arab-Palestina dalam kurun 1947-1948 mengungsi adalah hal yang perlu diungkap, karena ini menjadi dasar didirikannya sebuah badan PBB bernama UNRWA. Sebagian mereka mengungsi ke Lebanon (100 ribu), ke Suriah (75-90 ribu), ke Iraq (4 ribu), ke Yordania (100 ribu), ke Gaza (160-190 ribu), ke Mesir (7 ribu), dan bertahan di Tepi Barat (280 – 300 ribu). [11] Untuk info grafisnya dapat dilihat pada peta berikut: [12]




Perlu diketahui bahwa peta Palestina di atas adalah tahun 1948 yang semakin lama semakin mengecil. Warga Arab-Palestina terusir secara gradual dari tanah yang mereka garap ribuan tahun. Sejak 1948 wilayah Palestina yang satu dibatasi oleh wilayah Israel, dan seiring perkembangan dari tahun ke tahun, wilayah Palestina di atas semakin tercabik-cabik.

Dorongan migrasi Yahudi Eropa ke Palestina semakin gencar pasca fenomena ‘holocaust’ yang diblow-up. Fenomena ini pun sampai ke Kongres AS sehingga dibentuk Komite tahun 1943 untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi di Eropa ke ‘manapun’ agar tidak ‘dimusnahkan’ Hitler (setidaknya ini persepsi di Kongres Amerika Serikat). Hal yang ironis adalah Stephen Wise, seorang Rabi Ashkenazi (yang dekat dengan Presiden Roosenvelt) menolak rencana itu karena Komite tersebut tidak memasukkan klausul yang mewajibkan Inggris membuka Palestina bagi migrasi besar-besaran Yahudi Eropa ke Palestina. [13] Inggris menolak ini karena mereka tengah dalam posisi bangkrut. Inggris mulai mendekati para pemimpin Arab dengan harapan memperoleh konsesi pengelolaan minyak. Sebab itu, Inggris tidak boleh lagi mengikuti kehendak Israel secara membabi-buta. [14]

Lobi Yahudi kian gencar di Amerika Serikat, sebuah negara adidaya baru, di mana sektor keuangannya banyak dikuasai para bankir Yahudi super besar. Sejak tahun 1942, gerakan Zionis Amerika memperhebat gagasan Negara Yahudi yang dikenal sebagai Biltmore Program dan di bulan November tahun yang sama, Negara Yahudi menjadi tujuan resmi dari gerakan Zionis atas inisiatif David Ben-Gurion. [15] 

Pada bulan November 1947, Dewan Umum PBB merekomendasikan pembagian mandat Palestina menjadi ‘negara’ Yahudi dan negara Arab. Dalam menyikapi rekomendasi ini, Gerakan Yahudi terbelah, ada yang setuju dan tidak setuju. Kelompok yang tidak setuju adalah angkatan bersenjata teroris yang dipimpin Menachem Begin (Begin ini adalah penerus Vladimir Jabotinsky, Askhenazi dari Rusia Komunis) yaitu Irgun Tsvai Leumi dan LEHI, kelompok teroris yang dikomandani oleh Yitzhak Shamir. Kedua kelompok ini sama sekali tidak setuju atas berdirinya Negara Arab Palestina. Akhirnya, Presiden Truman mengakui berdirinya Negara Yahudi pada 14 Mei 1948. [16] 

Segera setelah itu, pecah aksi kekerasan di tanah Palestina. Haganah (cikal-bakal Israel Defense Force ) menyerang desa Khissa, membunuh 10 orang Arab, termasuk 1 wanita dan 4 anak-anak. Operasi Haganah ini dipimpin oleh Moshe Dayan. 

Secara umum, pihak Negara Yahudi lebih siap dan terorganisir. Pada bulan Mei 1948, Haganah relatif sudah mengambil sebagian besar teritori yang diperuntukkan bagi Negara Palestina. Serangan bersama Irgun-LEHI yang dikenal sebagai peristiwa Deir Yassin di bulan April 1948 membuat banyak penduduk Arab-Palestina yang terpaksa mengungsi akibat kekejamannya. Dalam serangan tersebut, 250 orang Arab-Palestina tidak bersenjata terbunuh, termasuk lebih dari 100 wanita dan anak-anak. [17]  

Di bulan Mei 1948 sekitar 300 ribu Arab-Palestina mengungsi dan sepertiga mereka berasal dari teritori yang seharusnya diperuntukkan bagi Negara Palestina. Aneka kejadian tentu telah menjadi pengetahuan bersama, bahwa pasukan gabungan Arab turun membantu Palestina, seperti Yordania-Mesir yang dikenal sebagai Perang Arab-Israel pertama, dan dimenangkan Israel. Demikian perang-perang selanjutnya, yang melibatkan Mesir, Suriah, dan Yordania.

… bersambung ke artikel bagian 5:

... artikel sebelumnya:

Catatan Kaki

1. Noam Chomsky, Fateful Triangle: The United States, Israel and the Palestinians (London: Pluto Press, 1999) p. 175. Inggris adalah salah satu dari 4 great powers yaitu negara pemenang Perang Dunia I. Tiga negara lainnya adalah Perancis, Rusia, dan Italia. 

2. ibid. p. 176. 

3. Philip Mattar, The Mufti of Jerusalem: Al-Hajj Amin al-Husayni and the Palestinian National Movement (New York: Columbia University Press, 1988) p. 33. 

4. Noam Chomsky, Fateful …, op.cit., p. 177.

5. Pemicu hal ini adalah aksi saling balas. Melihat imigran Yahudi terus membanjiri, muncul reaksi dari kalangan Arab. Tanggal 15 April 1936, sejumlah orang Arab bersenjata menyetop bus, merampok penumpang Yahudi dan Arab, lalu memberi tahu si penumpang Arab bahwa uangnya akan digunakan untuk membiayai perjuangan. Hagana (milisi komunitas Yahudi) kemudian membalas. Lalu berujung pada revolusi nasional. Tuduhan dialamatkan pada Amin al-Husayni oleh Joseph Schechtman, seorang Yahudi Revisionis, bahwa sang Mufti Palestina tersebut yang menginspirasikan perampokan bus. Lihat Philip Mattar, The Mufti …, op.cit., p. 68. Mattar melanjutkan posisi Mufti selama 15 – 25 April adalah oposisi non kekerasan terhadap Zionis dan kooperasi politik dengan Inggris dengan harapan Palestina akan diberikan kepada bangsa Palestina secara damai.  

6. Noam Chomsky, Fateful …, op.cit., p. 178. 

7. Philip Mattar, ed.,  Encyclopedia of the Palestinians, Revised Edition (New York: Fact on File, 2005)  p. 389.

8. ibid., p. 340. Peta diambil dari sumber ini. 

9. ibid., p. 387. 

10. ibid. Peta diambl dari sumber ini. 

11. ibid., p. 155. Peta diambil dari sumber ini. 

12. ibid

13. Noam Chomsky, Fateful …., op.cit., p. 182.

14. Howard N. Lupovitch, Jews and Judaism in World History (New York: Routledge, 2010) p. 231

15. Noam Chomsky, Fateful …., op.cit., p. 182.

16. Konsultan yang dekat dengan Truman adalah David Niles, seorang Yahudi Komunis dengan kecenderungan pribadi kurang lazim. David Niles ini punya saudara perempuan yang bekerja pada Israeli Intelligence di Tel Aviv, juga saudara perempuan dengan jabatan tinggi di intelijen Soviet di Moskow. Selain David Niles, orang berpengaruh terhadap Truman lainnya adalah Harry Dexter White, seorang Yahudi Lithuania dan seorang agen komunis. Di puncak pengaruh atas Truman adalah Bernard Baruch spekulan Yahudi yang mampu mencetak uang 1 juta dollar per hari akibat pengetahuannya atas apapun kebijakan yang akan diberlakukan AS di bawah Truman. Lihat Eustace Mullins, The Biological Jew (Virginia: The International Institute of Jewish Studies, 1968). pp. 59-60. Tidak mengherankan bahwa Israel dengan leluasanya memproklamasikan berdirinya negara Israel 14 Mei 1948 di masa Truman ini.  

17. Noam Chomsky, Fateful …., op.cit.,., p. 184.  
Reactions

Posting Komentar

0 Komentar